BERITA TASIKMALAYA, ruber.id – Beduk, menjadi salah satu alat musik tradisional yang kerap dijumpai di masjid dan langgar.
Fungsinya tidak hanya sebagai penanda waktu salat, tetapi juga digunakan untuk membangunkan sahur selama bulan suci Ramadan.
Tradisi ini, masih lestari hingga kini. Terutama, di daerah yang kuat memegang budaya Islam, seperti Tasikmalaya.
Di bulan suci Ramadan 1446 Hijriah, beduk tidak hanya digunakan untuk keperluan ibadah. Tetapi juga, menjadi bagian dari perlombaan Ngadulag. Seni menabuh beduk yang sering diadakan saat puasa.
Sejalan dengan tradisi tersebut, permintaan beduk mengalami lonjakan signifikan.
Salah satu pengrajin beduk di Kota Tasikmalaya, Nana Sumarna mengaku, kebanjiran pesanan.
Nana, yang menjual beduk di kawasan Jalan Paseh, Kota Tasikmalaya mengatakan bahwa pembelinya tidak hanya berasal dari dalam kota. Tetapi juga, dari daerah sekitar seperti Ciamis dan sekitarnya.
Harga Beduk Beragam Sesuai Ukuran
Nana menawarkan beduk dalam berbagai ukuran dengan harga yang bervariasi.
Untuk beduk berdiameter 30 sentimeter, ia membanderolnya seharga Rp500.000.
Sementara itu, beduk berdiameter 60-75 sentimeter dijual dengan harga antara Rp900.000 hingga Rp1 juta, tergantung pada bahan kulit dan drum yang digunakan.
Selain itu, ia juga menjual kulit beduk secara terpisah, dengan harga Rp400.000 per lembar.
“Alhamdulillah, tahun ini banyak pesanan. Tidak hanya dari dalam kota, tapi juga dari luar daerah seperti Ciamis. Biasanya semakin dekat Lebaran, permintaan semakin meningkat,” ujar Nana.
Dengan tingginya permintaan beduk selama Ramadan, Nana berharap usahanya terus berkembang dan dapat menjangkau lebih banyak pelanggan di masa mendatang.
Selain beduk, ia juga menjual dorok-dok atau kerupuk kulit, yang kerap menjadi camilan khas saat berbuka puasa.
Bagi masyarakat yang ingin membeli beduk berkualitas dengan harga bersaing, beduk buatan Nana menjadi pilihan utama bagi banyak masjid dan musala di berbagai daerah.
Pembeli bisa datang langsung ke tempatnya untuk memesan beduk sesuai kebutuhan mereka.
Meningkatnya permintaan beduk selama Ramadan menunjukkan bahwa tradisi beduk sebagai bagian dari budaya Islam tetap bertahan di tengah perkembangan zaman. ***