Semangat Ramadan, Semangat Perjuangan dan Perubahan

Semangat Ramadan, Semangat Perjuangan dan Perubahan
Foto ilustrasi from iStockPhoto

OPINION, ruber.idSemangat Ramadan, Semangat Perjuangan dan Perubahan. Bulan Ramadan sudah di pelupuk mata, sebentar lagi umat Islam akan bertemu dengan bulan penuh rahmat dan ampunan.

Di bulan penuh berkah ini, saatnya memperbanyak ibadah, membersihkan hati, dan berbagi kebaikan, menjemput pahala sebanyak-banyaknya.

OLEH: Yuli Yana Nurhasanah

Bulan Ramadan, adalah bulan ampunan yang dijanjikan oleh Allah SWT.

Bulan ini, sangat dinantikan oleh seorang mukmin karena bulan ini penuh dengan berbagai keistimewaan yang disematkan oleh Allah SWT.

Di bulan ini, begitu banyak pahala kebaikan, dan keberhasilan ibadah puasa seseorang akan sampai pada derajat takwa.

Segala berkah dunia dan akhirat yang Allah pastikan akan didapatkan, karena pada bulan ini segala amal yang kita lakukan akan dilipatgandakan pahalanya.

Allah akan membukakan pintu ampunan kepada siapapun yang beribadah saum dengan keimanan dan mengharapkan penuh pahala dari Allah SWT.

Semangat Ramadan, Semangat Perjuangan

Di bulan penuh berkah ini, begitu banyak kemenangan kaum muslim, yang Allah berikan di berbagai peperangan besar dalam sejarah Islam.

Seperti penaklukkan kota Makkah yang terjadi saat Ramadan, serta peperangan lain yang juga terjadi saat Ramadan.

Perang besar pertama di Madinah antara kaum musyrikin Makkah dengan negara Islam, yang disebut juga Perang Badar, dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW.

Perang Badar ini, sangat mempengaruhi dan menentukan situasi politik pada saat itu.

Pandangan kaum kafir Quraisy berubah terhadap kaum Muslim. Di mana, muncul kewibawaan Daulah Islam yang dipimpin Rasulullah saw, serta kekuatan luar biasa kaum Muslim setelah tegaknya negara Islam di Madinah.

Tidak ada lagi anggapan remeh dan enteng terhadap kaum Muslim oleh kaum kafir Quraisy.

Di bawah pimpinan panglima perang Thariq bin Ziyad, penaklukan Andalusia juga terjadi di bulan Ramadan.

Pembebasan Palestina yang dipimpin oleh panglima perang Salahuddin al-Ayyubi, kemenangan kaum Muslimin ini adalah berkah dari Allah SWT di bulan Ramadan.

Perang yang dimenangkan kaum Muslimin, juga pada bulan Ramadan, adalah Perang Ain Jalut melawan tentara bengis bangsa Tartar.

Baca juga:  Kerusakan Generasi karena Persoalan Sistemik

Di tengah kebahagiaan dan kerinduan menyambut Ramadan, ada banyak hal menyedihkan mengenai kondisi umat saat ini yang masih belum beranjak baik.

Banyaknya kemenangan kaum Muslim dalam jihad fi sabilillah dalam sejarah Islam harus membuat kita merenung bahwa penderitaan umat masih nyata.

Perjuangan ini, belum berakhir karena perubahan ini belum ada nyatanya.

Permasalahan ada hampir di seluruh sektor kehidupan, mulai dari sosial, politik, ekonomi, hukum, hankam, pendidikan, hingga pergaulan.

Kebahagiaan menyambut Ramadan harus ternodai oleh berbagai permasalahan yang terjadi di negeri tercinta ini.

Seperti, lonjakan harga kebutuhan pokok di tengah kondisi ekonomi masyarakat kita yang jauh dari sejahtera.

Sulitnya lapangan pekerjaan, dan inflasi yang berfluktuasi menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat.

Sedangkan pemerintah selalu mengklaim bahwa, pertumbuhan ekonomi terus meningkat dan dalam kondisi aman.

Nyatanya, angka kemiskinan masih tinggi, dan kemiskinan ini adalah induk dari berbagai persoalan, terbukti dengan kasus-kasus turunannya yang membayangi masyarakat.

Seperti kelaparan akut, stunting, gizi buruk, perceraian, merebaknya kriminalitas, dan kasus bunuh diri yang merebak di mana-mana. Banyak orang mengalami depresi karena himpitan ekonomi.

Problematika moral generasi saat ini, alih-alih mereda, justru kenakalan, pergaulan bebas, bahkan kejahatan yang dilakukan generasi kian merajalela.

Penyimpangan perilaku hingga tindakan asusila yang berujung pada kasus pembunuhan seakan menjadi berita biasa.

Masyarakat, seakan menormalisasi segala kemaksiatan yang terjadi di sekitar mereka.

Moral hazard pejabat, melengkapi deretan kasus lainnya, budaya korupsi kian parah dan sulit diberantas, berkelindan dengan para mafia yang semakin banyak jenisnya dan semakin terinstitusi.

Tanpa perasaan, mereka tega menggerogoti uang negara, di mana itu adalah uang rakyat, sehingga negara mengalami kerugian.

Utang negara dianggap aman-aman saja, walau per Januari 2024 menembus angka Rp8.263,09 triliun.

Cengkeraman para oligarki rakus kian menguat seiring waktu di bawah kepemimpinan yang seharusnya mengurus rakyatnya. Tetapi, di sini lebih ke menguras rakyatnya dari segala sisi.

Di tengah carut-marutnya permasalahan di tengah-tengah masyarakat, setidaknya momen Ramadan ini bisa jadi sedikit oase yang memberi ketenangan dengan fokus beribadah di bulan Ramadan. Namun, tidak demikian untuk saudara Muslim kita di belahan dunia lain.

Baca juga:  YNCI Chapter Pangandaran Bagikan 1000 Paket Takjil

Saudara kita yang jauh di sana masih berada di ujung tanduk. Gencatan senjata antara Hamas dan entitas Yahudi tidak benar-benar ditepati.

Di pertengahan Januari, militer Yahudi masih melakukan serangkaian serangan militer, meskipun serangan itu mereka alihkan ke Tepi Barat.

Sekitar 70 warga Palestina di Tepi Barat tewas dalam serangan tersebut.

Belum lagi ancaman dari Amerika Serikat terhadap Palestina. Presiden AS Donald Trump beralasan bahwa Gaza sudah tidak bisa dihuni lagi oleh warga dengan dalih tidak aman dari peperangan.

Trump berencana menguasai Gaza dengan merelokasi warga Gaza ke sejumlah negara seperti Indonesia, Mesir, dan Yordania.

Sungguh miris, dalam hitungan bulan, puluhan ribu nyawa tidak berdosa hilang begitu saja seolah tidak ada harganya.

Puluhan ribu lainnya terluka dan tidak mendapatkan perawatan selayaknya. Semua ini terjadi di hadapan mata kita.

Mereka adalah saudara seiman kita, tetapi tidak ada yang bisa kita perbuat. Para penguasa Muslim tidak mampu berbuat apa-apa, padahal derita mereka adalah derita kita juga.

Kaum Muslim yang tinggal di negara-negara Eropa yang menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Seperti Belanda, Inggris, dan Swedia, mereka mendapat tekanan akibat merebaknya islamofobia, dan kaum Muslim lainnya hanya bisa mengecam dan diam.

Sedangkan salah satu wujud keimanan dan ketakwaan kita adalah mencintai dan menolong saudara seiman.

Semua itu bukan hanya sekadar kata-kata; harus diiringi dengan tindakan yang nyata, seperti sabda Rasulullah SAW:

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh.”

“Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya). ” (HR. Bukhari dan Muslim).

Berbagai fakta problematika kehidupan saat ini seharusnya menjadi bahan perenungan kita.

Kenapa dari Ramadan ke Ramadan tidak ada perubahan yang mempengaruhi perbaikan kekuatan umat Islam sedunia?

Baca juga:  Kenapa Bangga Berbuat Jahat dan Dosa?

Padahal, dalam sejarah panjangnya, Islam mampu menjadi poros peradaban dari masa ke masa.

Baginda Rasulullah saw. menjadikan momen Ramadan sebagai lapangan riadah dan amal kesalehan, tidak hanya ritual saja. Tetapi juga, jihad berjuang membangun peradaban dan menegakkan panji kebenaran.

Hal ini, terbukti dengan berbagai kemenangan umat Muslim dalam sejarah Islam di bulan Ramadan.

Sudah saatnya umat paham bahwa akar permasalahan dan kekisruhan yang terjadi adalah penerapan sistem kapitalisme di mana agama dijauhkan dari kehidupan.

Peran agama, khususnya Islam, dalam kehidupan terus disingkirkan dengan segala daya upaya.

Aturan yang diterapkan adalah aturan buatan manusia yang akalnya terbatas dan lemah.

Sementara itu, kebangkitan umat kuncinya adalah tegaknya sistem Islam; akan tetapi, upaya penegakkannya pun terus berusaha dihadang, didiskriminasi.

Apalagi dengan dihembuskannya propaganda Islamofobia, sampai umat Islam sendiri menjadi anti Islam.

Islam Jadi Pionir Peradaban

Sejarah membuktikan bahwa selama 13 abad kejayaan umat Islam dalam naungan khilafah, saat itu umat Islam menjadi pionir peradaban.

Karena, pemerintahan saat itu konsisten dalam penerapan sistem Islam secara menyeluruh.

Ketika runtuhnya khilafah, Islam tercampakkan dan umat hidup dengan sistem kepemimpinan sekuler.

Umat hidup dalam berbagai penderitaan dan menjadi objek penjajahan.

Seharusnya momentum Ramadan menjadi ajang kita untuk meningkatkan ketakwaan dalam bentuk ketaatan total terhadap aturan/ajaran Islam secara menyeluruh, dan kesuksesan Ramadan akan menjadi tolak ukur kesiapan umat dalam naungan sistem Islam.

Semoga Ramadan tahun ini memberi semangat perubahan ke arah Islam, walau perubahan itu memerlukan perjuangan seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Semoga, Ramadan tahun ini membawa perubahan yang hakiki, kedamaian, kebahagiaan, dan ampunan bagi kita semua umat Muslim.

Allah SWT berfirman:
فَٱصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ

Artinya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr : 94) Wallahualam bishawab. ***