Indramayu Jadi Percontohan Pertanian Organik di Indonesia

Indramayu Jadi Percontohan Pertanian Organik di Indonesia
Bupati Indramayu, Nina Agustina. Ist/R015/ruber.id

BERITA INDRAMAYU, ruber.id – Kabupaten Indramayu, yang dikenal dengan luas lahan sawah baku terbesar di Indonesia, kini menjadi percontohan nasional dalam pengembangan pertanian organik.

Dengan luas Lahan Baku Sawah (LBS) sebesar 125.442 hektare, Indramayu dipilih sebagai model untuk pertanian organik.

Kepala Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Jawa Barat, Rustan Massinai, menyatatakan kepada Diskominfo Indramayu bahwa Indramayu merupakan penghasil padi terbesar di Indonesia.

Untuk terus meningkatkan produksi padi, Indramayu kini mengembangkan padi organik yang lebih ramah lingkungan.

“Indramayu, telah dijadikan pilot project padi organik oleh Pak Menteri. Kami telah memiliki seribu hektare sawah organik di Indramayu,” ujar Rustan.

Sawah organik seluas 1.000 hektare tersebut berada di Kecamatan Widasari, dengan tambahan 55 hektare di Kecamatan Jatibarang. Upaya pengembangan ini, terus diperluas ke kecamatan lainnya.

Baca juga:  Gempa 5.5 Magnitudo Guncang Kota Sukabumi

Penelitian menunjukkan, sistem pertanian organik mampu meningkatkan produksi dari 6-7 ton per hektare menjadi 10 ton per hektare.

Selain produksi yang meningkat, harga jual padi organik juga lebih tinggi karena kualitasnya yang lebih baik dan ramah lingkungan.

Bupati Indramayu, Nina Agustina, menyambut baik kebijakan Kementerian Pertanian RI yang menjadikan Indramayu sebagai daerah percontohan pertanian organik.

Nina berharap pengembangan ini meluas ke seluruh kecamatan di Indramayu.

“Peningkatan produksi dari 6 ton menjadi 10 ton akan meningkatkan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Indramayu, Sugeng Heriyanto, menambahkan, peralihan dari pupuk kimia ke pupuk organik akan menguntungkan petani.

Baca juga:  Kata Gubernur Emil soal 2 Opsi Pemindahan Bandara Husein ke BIJB Kertajati

Biaya produksi lebih murah, hasil panen meningkat, harga jual lebih tinggi, dan lebih sehat.

Salah satu penggiat pertanian organik, Mara dari Desa Krasak Kecamatan Jatibarang, mengungkapkan bahwa sudah ada 55 hektare lahan di Jatibarang yang beralih ke organik.

Banyak petani yang mulai merasakan manfaat dan keuntungan dari pertanian organik.

“Saya mengajak para petani untuk beralih ke organik, karena lebih menguntungkan dan menyehatkan,” ajak Mara.