GAYAIN  

Angklung Jadi Google Doodle, Berikut Sejarahnya

angklung jadi google doodle
Foto dari Google

GAYAIN, ruber.id – Angklung jadi Google Doodle hari ini, 16 November 2022. Semua orang bisa melihat animasi anak-anak yang sedang memainkan alat musik dari bambu tersebut. Tak hanya itu, angklung juga merupakan warisan budaya dunia asli Indonesia.  

Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) telah menetapkan angklung sebagai warisan budaya dunia. Penetapan angklung sebagai warisan budaya asli Indonesia bertempat di Nairobi Kenya, tepatnya pada tanggal 18 November 2010. 

Bagi siapa saja yang membuka Google hari ini, maka akan muncul keterangan, “Doodle animasi hari ini merayakan Angklung, alat musik Indonesia yang terbuat dari bambu.”

Selain itu, angklung memiliki sejarah yang menarik. Simak fakta-fakta berikut ini. 

Baca juga:  Usai Kehujanan, Mandi Air Hangat atau Air Dingin?

Angklung Jadi Google Doodle, Ini Sejarahnya

Sebagai alat musik tradisional, angklung punya sejarah yang panjang dan sudah ada sejak zaman dulu. 

Arti Nama Angklung

Melansir laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Tanah Sunda. Bahan utamanya adalah bambu-bambu tertentu yang bisa menghasilkan suara ketika digoyangkan. 

Kata “angklung” sendiri berasal dari Bahasa Sunda “angkleung-angkleungan” yang menggambarkan gerakan pemain untuk menghasilkan suara “klung”. 

Kemudian, ada makna lain secara etimologis. “Angklung” merupakan gabungan dari “angka” yang melambangkan nada dan “klung” berarti pecah. Sehingga, suara angklung mewakili nada yang pecah atau tidak lengkap. 

Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan

Angklung sudah ada sejak zaman Kerajaan Sunda, bahkan telah hadir pada abad ke-7. Saat Angklung jadi Google Doodle hari ini, tertulis keterangan, “Orang-orang percaya bahwa suara bambu bisa menarik perhatian Dewi Sri yang mendatangkan kemakmuran bagi petani.”

Baca juga:  Bukan Hipnotis, Ini Tips Hindari Kejahatan Gendam

Dahulu kala, orang-orang belum menganggap angklung sebagai bagian dari kesenian. Namun, mereka memakai angklung dalam upacara ritual keagamaan sebagai pengganti bel oleh pendeta Hindu. 

Pada masa kerajaan Pajajaran, orang-orang juga memainkan angklung untuk membangkitkan semangat juang tentara. Mereka juga membunyikan angklung saat terjadi perang Bubat. 

Sebagai Ritual Kemakmuran 

Angklung jadi Google Doodle memancing rasa penasaran orang akan fungsinya sebagai bagian dari upacara ritual kemakmuran bagi petani. 

Ada jenis lain dari angklung di perbatasan Cirebon dan Indramayu, tepatnya di Desa Bungko. Angklung itu diberi nama “angklung bungko” yang berusia 600 tahun. Kondisinya masih terawat meski tidak ada lagi yang menggunakan. 

Sementara itu, ada angklung gubrag yang terdapat di Desa Cipining, Bogor. Orang-orang meyakini bahwa angklung itu memiliki cerita yang berkaitan dengan Dewi Sri. Cerita itupun berawal dari bencana gagal panen yang menyebabkan kelaparan.