Raden Dewi Sartika, Pahlawan Nasional Wanita asal Bandung Pendiri Sekolah Isteri

Raden Dewi Sartika, Pahlawan Nasional Wanita asal Bandung Pendiri Sekolah Isteri
Foto Raden Dewi Sartika from google

KOPI PAGI, ruber.id – Dewi Sartika, lahir di Cicalengka pada 4 Desember 1884. Beliau adalah anak dari pasangan R. Rangga Somanegara dan R. A. Rajapermas, yang merupakan keluarga Sunda ternama.

Setelah ayahnya bernama R. Rangga Somanegara meninggal, ia kemudian tinggal bersama pamannya.

Beliau, diajarkan pendidikan yang sesuai dengan pendidikan Sunda. Meskipun sebelumnya, beliau sudah menerima pengetahuan tentang budaya barat.

Pada tahun 1899, beliau pindah ke Bandung, untuk menimba ilmu pengetahuannya agar kelak bisa memberikan pendidikan kepada rakyatnya.

Akhirnya, beliau berhasil membuat sekolah untuk para rakyat terutama wanita. Bernama Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung, pada 16 Januari 1904.

Beliau menikah pada tahun 1906, dan mempunyai suami bernama Raden Kanduruhan Agah Suriawinata.

Baca juga:  Penampakan Boneka Hantu, di Babakan Siliwangi Bandung

Raden Kanduruhan Agah Suriawinata, merupakan salah satu guru dari Sekolah Karang Pamulang.

Pada tahun 1910, Sekolah Isteri milik Dewi Sartika berganti nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri. Kemudian, sekolah tersebut direlokasi ke Jalan Ciguriang.

Beliau mengajarkan para wanita tentang keterampilan, membaca, menulis, berhitung serta mengajarkan pendidikan agama.

Pada tahun 1912 hingga 1920, sudah ada sekitar sembilan sekolah tersebar di seluruh area Jawa Barat.

Kemudian, dikembangkan kembali menjadi satu sekolah tiap kota ataupun kabupaten.

Berganti Nama Menjadi Sekolah Raden Dewi, Mengungsi ke Tasikmalaya karena Krisis Keuangan

Lalu, Sekolah Kaoetamaan Isteri berganti nama kembali menjadi Sekolah Raden Dewi, pada September 1929.

Sekolah Raden Dewi ini, berangsur-angsurnmeningkat dengan pesat. Banyak rakyat yang sangat terbantu dengan adanya sekolah itu.

Baca juga:  Drama Korea A Model Family, Siap Tayang di Netflix

Namun, sekolah itu mengalami krisis keuangan dan peralatan karena Indonesia masih dikuasai Jepang.

Ia terpaksa mengungsi ke Tasikmalaya, karena adanya peperangan Agresi Militer Belanda pasca-Kemerdekaan Indonesia.

Karena kesehatan beliau semakin menurun, dan dikarenakan umurnya sudah uzur yaitu 62 tahun. Pada tanggal 11 September 1947, Dewi Sartika tutup usia.

Jenazah beliau dimakamkan di Cineam, Tasikmalaya. Kemudian, dipindahkan ke Jalan Karang Anyar, Bandung.

Pada ulang tahun ke-35, Sekolah Kaoetamaan Isteri, Raden Dewi Sartika mendapatkan penghargaan atas jasanya memperjuangkan pendidikan serta dianugerahi gelar Orde van Oranje-Nassau.

Dan Pada 1 Desember 1966, Raden Dewi Sartika diakui sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintahan Republik Indonesia.