BERITA EDUKASI, ruber.id – Dampak Covid-19 memang sangat memengaruhi banyak bidang, di antaranya seni dan budaya.
Tak sedikit, pegiat seni dan budaya harus berjuang keras untuk mempertahankan eksistensinya.
Terutama, yang menggantungkan penghidupannya dari industri seni dan budaya.
Sehingga, tak jarang yang menjadikan masa pandemi sebagai ajang aktualisasi kreativitas.
Johan Al Jafar, salah satunya. Ia adalah pegiat seni dan budaya yang kini tinggal di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Seniman asal Tasikmalaya ini, mengalami dampak yang signifikan dalam mengembangkan eksistensi seni dan budaya.
Sebab, pandemi Covid-19 membuat ruang gerak sangat terbatas.
“Iya, apalagi pas ada kebijakan PPKM ruangnya jadi terbatas,” ungkap pria kelahiran 1 Juli 1989 kepada ruber, Senin (31/1/2022).
Koordinator pelatih teater Windu Tasikmalaya 2009-2013 ini mengatakan, banyak agenda yang tertunda akibat Covid-19.
Sehingga, ia kini mengeksploitasi media yang ada.
“Sekarang mah memanfaatkan YouTube. Dibantu temen-temen seniman nu sanes oge (Dibantu teman seniman lainnya),” ujar mantan pelatih teater SMPN 1 Kota Tasikmalaya ini.
Nama YouTube yang ia kelola sekarang ini adalah JAJ Link.
Akun tersebut berisikan dokumentasi-dokumentasi seni dan budaya.
Mulai dari cara belajar menjadi dubber, hingga laporan dokumenter terkait situs-situs budaya. Khususnya, di Jawa Barat.
Menurutnya, upaya tersebut ia lakukan karena harus mengikuti perkembangan zaman.
Selain itu, menjadi terobosan bagi pegiat sebagai bentuk aktualisasi kreativitas.
Johan berharap, pemerintah dapat lebih memerhatikan para pegiat seni dan budaya.
“Karena proses kreatif masa pandemi mengandalkan internet, kayaknya bagus deh kalo pemerintah menggratiskan,” sebutnya.
Namun di sisi lain, kata Johan, pandemi Covid-19 juga menjadi masa yang tepat untuk menunjukkan tingkat kreativitas seseorang.
“Mungkin ini, pandemi ini juga sebagai alat kita untuk melihat seberapa banyak orang kreatif,” katanya.
Penulis: Shendy Boy/Editor: R003