BERITA WISATA, ruber.id – Sejarah Gunung Abbo yang berlokasi di Kelurahan Leang-leang, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros memiliki kisah mistis yang kuat. Baru-baru ini, seorang pendaki sempat diberitakan hilang selama tiga hari di gunung misterius Sulawesi Selatan tersebut.
Gunung yang berada di Kampung Abbo itu masih termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
Sejarah Gunung Abbo dan Kerajaan Toakala
Menurut cerita warga setempat, ada kerajaan kera yang dipimpin Raja Toakala, I Marakondang.
Kera-kera itu memiliki tubuh tinggi besar, berbulu putih, namun memiliki kemampuan berbicara seperti manusia. Spesies kera yang masih bisa ditemui hingga kini yakni macaca maura, kera cerdik yang tidak berekor.
Budayawan Maros, Lory Hendrajaya mengatakan bahwa di Kampung Abbo terdapat reruntuhan batu yang diyakini peninggalan Kerajaan Toakala.
“Ada juga batu berbentuk ranjang yang dipakai tempat tidur raja,” ucap Lory seperti dilansir dari detikTravel (10/6).
Dalam Sejarah gunung Abbo, I Marakondang sangat suka berburu. Suatu hari, ia berangkat ke hutan untuk mencari rusa. Akan tetapi ketika di perjalanan, ia tidak sengaja melihat wanita cantik sedang mandi di bawah air terjun Bantimurung.
Sosok wanita cantik itu adalah I Bissu Daeng, seorang putri dari Kerajaan Pattiro. Ia memiliki kulit putih dengan rambut panjang terurai. Rambut panjangnya itu kira-kira sepanjang tujuh tiang jemuran. Hal itu membuat I Marakondang dimabuk cinta.
Perselisihan dengan Kerajaan Pattiro
Sepulangnya dari berburu, I Marakondang mengirim utusan ke Kerajaan Pattiro untuk meminang Sang Putri.
Terjadi perselisihan antar kerajaan dalam sejarah Gunung Abbo. I Marakondang menjadi murka karena Pattiro juga mengolok-olok dirinya yang seekor kera tidak pantas menikahi Bissu Daeng.
I Marakondang pun menculik Bissu Daeng untuk dibawa ke kerajaan Toakala. Tidak berselang lama, seekor ular sanca menyelamatkan Bissu Daeng dan membawanya kembali ke Pattiro. I Marakondang kembali murka dan mempersiapkan pasukan untuk menyerang Pattiro.
Nama Pattiro itu, tambah Lory, merupakan salah satu dusun di Desa Labuaja. Jaraknya sekitar 10 km dengan Abbo. Di dusun Pattiro itu juga terdapat reruntuhan batu bekas kerajaan.
“Ada batu berbentuk ular melilit, konon diyakini sebagai ular sanca yang menyelamatkan Bissu Daeng,” ucapnya.
Asal Muasal Kera Tak Berekor
Ketika mengetahui akan diserang, Raja Pattiro menyiapkan rencana jahat. Ia mengutus panglima untuk menyampaikan pesan kepada I Marakondang. Pattiro meminta Toakala agar datang bersama seluruh rakyatnya di sebuah perjamuan.
Ketika rombongan Toakala datang, mereka tidak menyadari bahwa itu adalah jebakan. Mereka disambut dengan makanan kenduri di sebuah ruangan besar. Belum selesai makan kenduri, ruangan itu langsung dibakar.
I Marakondang berhasil lolos dan menyelamatkan satu ekor betina yang tengah hamil. Namun, ekor kera betina itu hangus terbakar api.
Kera itulah yang kemudian melahirkan macaca maura. Sedangkan I Marakondang yang marah mengasingkan diri di gua Bantimurung.
Akibat peristiwa itu, Bissu Daeng merasa bersalah dan menganggap kecantikannya membawa malapetaka.
Ia mengutuk seluruh keturunannya agar tidak lagi berparas cantik. Kutukan tersebut menjadi mitos bagi Dusun Pattiro bahwa wanita yang terlahir cantik tidak akan berumur panjang. (CW-004/Dewi)