BERITA PANGANDARAN, ruber.id – Bencana alam yang belakangan ini sering terjadi di Indonesia, berdampak pada menurunnya kunjungan wisata ke Kabupaten Pangandaran.
Pada pemberitaan sebelumnya, pernyataan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran mendapat reaksi dari berbagai pihak terutama dari pelaku usaha jasa wisata.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Kepala BPBD Kabupaten Pangandaran menyatakan Pangandaran masuk peringkat ke-16 daerah rawan bencana se-Indonesia. Dan peringkat ke-5 daerah rawan bencana se-Jawa Barat.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pangandaran Nana Ruhena mengatakan, BPBD wajib menginformasikan jika terjadi informasi bencana yang bersumber dari BMKG.
“Secara prosedur dan tahapan yang memiliki alat deteksi bencana adalah BMKG,” kata Nana.
Nana menambahkan, pihaknya hanya menginformasikan ke publik hasil dari BMKG. Salah satunya, melalui Pusdalops PB Pangandaran.
“Informasi dari BMKG kami sampaikan agar masyarakat waspada terhadap ancaman bencana,” tambahnya.
Upaya yang telah dilakukan oleh BPBD dalam menyikapi status peringkat rawan bencana secara nasional dan regional.
Yakni dengan memberikan wawasan kebencanaan ke masyarakat, bahkan siswa sekolah.
“Tugas kami wajib menyampaikan informasi kebencanaan, kesiapsiagaan. Menghadapi bencana dan penanganan darurat bencana,” ucap Nana.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran Undang Sobharudin mengatakan, dengan banyaknya kejadian bencana di berbagai daerah, calon pengunjung yang hendak wisata membatalkan kunjungannya ke Pangandaran.
“Calon pengunjung yang datang ke Pangandaran, rata-rata menuju lokasi wisata pantai,” kata Undang.
Terjadinya tsunami di Selat Sunda sangat berpengaruh pada minat kunjungan wisatawan yang datang ke Pangandaran.
“Padahal banyak objek wisata di Kabupaten Pangandaran, pengunjung bisa datang ke Pangandaran dengan mengunjungi lokasi wisata nonpantai,” tambahnya.
Kurangnya Promosi Pariwisata
Undang menyadari kurangnya promosi objek wisata yang ada.
Jadi, saat terjadi bencana alam di daerah lain, calon wisatawan enggan datang ke Pangandaran.
“Butuh waktu lama untuk memulihkan kepercayaan publik bahwa Pangandaran aman untuk dikunjungi,” ungkap Undang.
Dampak menurunnya kunjungan wisata sangat berpengaruh pada pelaku usaha jasa wisata.
Seperti hotel, restoran dan pedagang yang menggantungkan hidup dari pengunjung.
“Satu sisi kita mempromosikan wisata tetapi kondisi alam sering terjadi bencana. Kemudian dengan ulah nakal penyebar hoaks yang pihak tidak bertanggungjawab lakukan,” jelasnya.
Undang mengajak seluruh masyarakat bijak dalam memberikan informasi.
Terutama, para pengguna media sosial, terutama soal bencana karena banyak calon pengunjung yang takut berkunjung ke Pangandaran.***