BERITA INTERNASIONAL, ruber.id – Dampak perang Rusia-Ukraina, mulai dirasakan setelah sebulan invasi tersebut berlangsung.
Kebutuhan sehari-hari masyarakat Eropa, yang dipasok dari Rusia mulai mengalami peningkatan harga dan kelangkaan.
Eropa menjerit ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan peraturan pembayaran Rubel atas pembelian gas dari negaranya, terutama untuk mereka yang sinis pada Kremlin.
Jerman, sangat mengkritik kebijakan Rusia ini. Negeri Beruang Merah itu disebutnya, sudah melanggar kontrak kerjasama dengan Uni Eropa.
“Pengumuman pembayaran dengan Rubel merupakan pelanggaran kontrak. Uni Eropa, kini tengah diskusi supaya bisa memberikan reaksi tepat atas keputusan (pembayaran dengan Rubel) ini,” ujar Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck, seperti dilansir dari The Daily Mail.
Protes Jerman bukan tanpa alasan. Negara tersebut mengimpor 55%, pasokan gas alam dari Rusia.
Namun ketika Kremlin invasi Kyiv, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pemerintahannya akan melepas Rusia sebagai pemasok utama minyak, gas, dan batu bara ke Berlin.
Akan tetapi, Jerman mengalami dilema sebab bila ini dilakukan, negaranya bersama dengan beberapa negara Eropa lain akan perlahan mengalami kelongsoran ke arah resesi.
“Ribuan industri berada dalam bahaya,” kata Olaf.
Dan, atas kebijakan pembayaran dengan Rubel, mata uang Rusia itu menguat terhadap nilai dolar Amerika Serikat (AS) dan euro.
Minyak Goreng Langka di Eropa
Sementara itu, minyak goreng ternyata tidak hanya langka di Indonesia.
Eropa kini terancam kelangkaan minyak goreng sebab perang Rusia-Ukraina.
Kondisi tersebut terjadi di Eropa Barat termasuk Jerman dan Belanda.
Hal tersebut diceritakan oleh Warga Negara Indonesia (WNI) Diaspora bernama Zakia Qasim Mansur Yamani, yang bermukim di Kota Hamburg, Jerman.
Kelangkaan minyak goreng kelapa sawit, juga dialami oleh Zakia.
Menurutnya, selama puluhan tahun hidup di Kota Hamburg, baru kali ini Jerman mengalami hal tersebut beberapa pekan terakhir.
“Iya langka. Sudah beberapa pekan ini tidak terlihat,” kata Zakia seperti dilansir dari CNN, dua hari lalu.
Banyak warga Indonesia yang menyamakan kondisi langkanya minyak goreng di Jerman, dengan situasi di negeri ini.
Namun, Zakia menambahkan jika masalah kelangkaan minyak goreng kelapa sawit tersebut tidak terlalu dibesar-besarkan.
Warga Berlin, tidak panik atau berusaha membeli minyak dalam jumlah yang banyak. Semuanya berlangsung normal-normal saja.
Zakia mengatakan, masak dengan menggunakan minyak goreng bukanlah sesuatu yang ‘harus’ di Jerman. Mereka tidak terlalu bergantung pada benda tersebut.
Kebanyakan orang Jerman lebih suka menggunakan minyak biji matahari, maupun minyak zaitun untuk menumis atau membuat menu sederhana.
Harga kedua minyak tersebut, memang mahal namun diklaim lebih sehat.
Penulis: Ardini Maharani DS/Editor: R003